Mengunjungi Gua Hira di Jabal Nur, Tempat Nabi Muhammad SAW Menerima Wahyu Pertama
Gua Hira di Jabal Nur, Makkah, Arab Saudi, adalah salah satu situs bersejarah yang memiliki nilai spiritual mendalam. Gua ini menjadi tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril. Wahyu yang diterima adalah Surat Al-Alaq ayat 1 hingga 5, yang menandai dimulainya misi kenabian.
Lokasi dan Keistimewaan Jabal Nur
Jabal Nur, yang berarti "Gunung Bercahaya," memiliki ketinggian sekitar 642 meter. Lokasinya terletak sekitar 6 kilometer di sebelah utara Masjidil Haram. Gunung ini menjadi destinasi penting bagi jamaah haji dan umrah karena menyimpan sejarah awal Islam.
Gua Hira sendiri berada di puncak Jabal Nur dan dikenal sebagai tempat Rasulullah SAW menyendiri untuk merenung. Saat itu, masyarakat Arab masih hidup dalam kegelapan spiritual dan jauh dari ajaran tauhid. Di sinilah Nabi Muhammad SAW menghabiskan waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah sebelum menerima wahyu pertama.
Tantangan Mendaki Jabal Nur
Untuk mencapai Gua Hira, jamaah harus mendaki Jabal Nur melalui jalur yang cukup menantang. Medannya terdiri atas batu-batu tajam dan licin, dengan sudut kemiringan mencapai 60-70 derajat. Perjalanan ini memerlukan stamina yang prima, karena pendakian memakan waktu sekitar 1 hingga 2 jam, tergantung pada kondisi fisik dan kepadatan pengunjung.
Terdapat sekitar 1.420 anak tangga yang harus dilalui untuk mencapai puncak. Di sepanjang jalur, terdapat pembatas besi yang dapat dijadikan pegangan. Disarankan untuk membawa persediaan air yang cukup, mengatur ritme perjalanan, dan berhenti di check point yang tersedia untuk beristirahat.
Fasilitas di Sekitar Jabal Nur
Di area pendakian, banyak toko kelontong yang menjual tongkat pendakian dengan harga sekitar 10 riyal (setara Rp40.000). Toko-toko ini juga menawarkan berbagai souvenir seperti tas, cincin, kalung, serta aneka minuman.
Bagi jamaah yang mendaki Jabal Nur, penting untuk menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Sayangnya, lokasi ini seringkali dipenuhi sampah plastik dan bungkus makanan yang merusak keindahan alam.
Tips Mendaki Jabal Nur
-
Waktu Pendakian: Lakukan pendakian pada pagi hari untuk menghindari teriknya matahari.
-
Persiapan Fisik: Pastikan tubuh dalam kondisi fit dan membawa cukup air minum.
-
Istirahat Secukupnya: Manfaatkan check point untuk beristirahat dan meneduh jika cuaca panas.
-
Doa dan Niat: Awali perjalanan dengan doa agar dilancarkan menuju Gua Hira.
Pemandangan Indah dari Jabal Nur
Salah satu daya tarik mendaki Jabal Nur adalah menikmati pemandangan kota Makkah dari ketinggian. Dari puncak, jamaah dapat melihat landmark ikonik Zamzam Tower yang menjulang tinggi di antara bangunan lainnya. Pemandangan ini memberikan pengalaman spiritual dan visual yang tak terlupakan.
Bagian puncak Jabal Nur cukup luas. Di beberapa sisi di pagar dari batu atau besi sebagai pengaman. Terdapat ruang yang cukup luas untuk lesehan bagi 10-15 orang. Untuk mencapai Gua Hira harus turun tidak jauh dari puncak Jabal Nur dan cukup terjal jalannya.
Untuk memudahkan jamaah, ada tulisan 'Gua Hira' sebagai penanda tempat tersebut adalah Gua Hira.
Namun, lokasi untuk menuju Gua Hira cukup curam sehingga harus hati-hati sekalipun sudah ada pembatas dari besi yang bisa digunakan sebagai pegangan.
Area masuk Gua Hira melalui lorong sempit, bahkan di satu sisi harus memiringkan badan supaya bisa lewat karena diapit batu yang besar.
Usai melewati lorong sempit barulah terlihat Gua Hira. Tidak seperti gua yang ada di Indonesia. Hanya ada lubang yang tertutup batuan.
Jika digunakan untuk merenung atau berkontemplasi sendirian, tempat dengan panjang 4 meter dan lebar 1,5 meter tersebut nyaman. Ada beberapa jamaah yang memanfaatkan untuk shalat maupun berdoa di Gua Hira.
Kisah Nabi Muhammad SAW Terima Wahyu Pertama
Kejadian itu bermula ketika Nabi Muhammad SAW sangat prihatin akan keruntuhan moral yang sangat mengkhawatirkan di Kota Makkah.
Dalam riwayat disebutkan, tatkala Nabi Muhammad SAW berusia 40 tahun, semakin mendalam-lah hasrat Nabi Muhammad untuk menyendiri guna menjernihkan hati dan pikiran mengingat kondisi kehidupan sosial masyarakatnya yang sarat dengan kejahiliyahan. Nabi Muhammad pergi, mencari tempat yang dianggap tepat untuk ber-tahannuts.
Di dalam gua itulah Nabi Muhammad SAW mengasingkan diri. Beliau melakukan ini semata-mata demi memenuhi kebutuhan rohaninya; kebersihan hati, kelembutan perasaan, kejernihan pikiran dan pandangan.
Hingga suatu malam yang gelap, di malam 17 Ramadan atau sekitar 6 Agustus 610 M, Sang Rasul terbangun dari tidurnya.
Nabi Muhammad terbangun karena mendengar kedatangan sesuatu yang mengejutkan sekaligus membuat dirinya sangat ketakutan. Dialah Malaikat Jibril yang tiba-tiba sudah berada di hadapan beliau lalu berkata dengan lantangnya.
"Gembiralah wahai Muhammad! Saya Jibril dan engkau adalah rasul Allah SWT untuk umat ini.”
Setelah menunjukkan suatu tulisan – demikian suatu sumber menyebutkan- Jibril memerintahkan Muhammad untuk membacanya.
Diceritakan, kala Jibril menuntun beliau membaca. Ada yang berpendapat bahwa maksud membaca ini merupakan perintah (amr) takwim, bukan perintah taklif; yaitu diperintah supaya beliau menjadi pembaca. Dengan demikian, maksud perintah tersebut adalah, “Jadilah engkau pembaca dengan kodrat dan iradat Tuhan.”
“Bacalah!” Kata Jibril. Nabi Muhammad SAW menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Kemudian Jibril memeluk dan mendekap beliau erat-erat sehingga Nabi merasa kepayahan. Jibril lalu melepaskan dekapannya dan kembali berkata, “Bacalah!”
Nabi tetap menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Untuk kedua kalinya Jibril memeluk dan mendekap Nabi dan beliau pun kembali kepayahan. Setelah melepaskan lagi dekapannya terhadap Nabi, Jibril berkata, “Bacalah!”
Nabi masih menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Jibril memeluk dan mendekap Nabi dan beliau pun kembali kepayahan.
Setelah melepaskannya, Jibril menuntun Nabi dengan kalimat tertulis dalam Al-Qur’an, yang artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq [96]: 1-5).
Penutup
Mengunjungi Gua Hira di Jabal Nur adalah perjalanan yang penuh makna. Selain menapak tilas sejarah awal Islam, jamaah juga dapat merasakan kedekatan dengan Allah SWT di tempat yang menjadi saksi turunnya wahyu pertama. Dengan persiapan yang matang dan sikap yang menjaga kebersihan lingkungan, perjalanan ini akan menjadi pengalaman spiritual yang mendalam.